Alhasil, penurunan itu berdampak pada perdagangan udang luar negeri di negara yang terjangkit. Menurut Slamet, dari hasil monitoring yang dilakukan kurun waktu tiga tahun terakhir, setidaknya ada empat virus yang terdapat di Indonesia. Kurun waktu Oktober - Desember , pihaknya mendapati kematian udang yang masih berumur di bawah 30 hari. Namun, setelah diidentifikasi, mayoritas disebabkan oleh virus WSD.
Bersama pelaku usaha, KKP juga telah menyepakati 12 perjanjian. Salah satunya, dengan mewajibkan para petambak udang untuk memiliki instalasi pengolahan limba IPAL yang sesuai dengan standar lingkungan. Selain itu, ia pun meminta antar pelaku usaha untuk sama-sama saling mengawasi lalu lintas udang antar negara yang bisa terjadi di wilayah perbatasan. Pada bulan April mendatang, Slamet mengatakan, pihaknya juga segera mengirim tim surveilans ke Bali dan Jawa Tengah untuk upaya pencegahan.
Sebagai informasi, total produksi udang pada tahun mencapai 1,15 juta ton, meningkat dibanding produksi pada yang sebesar ribu ton. Adapun produksi tahun didominasi oleh udang vaname yang mencapai ,6 ribu ton, lalu diikuti udang windu ,3 ribu ton dan udang jenis lainnya sebanyal 33,4 ribu ton.
Sementara, angka produksi sepanjang belum dirilis oleh KKP. Slamet mengatakan, angka resmi akan dirilis pada April mendatang. Langganan Kompas. JON Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Video Pilihan Hide. Tulis komentarmu dengan tagar JernihBerkomentar. Kolom komentar masih kosong Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Kirim Mengirim Laporkan Komentar. Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda.
Terkini Lainnya. Kunjungi kanal-kanal Sonora. Now Trending. Sponsored Headline. Close Ads X. Khusus AHPND, penyakit sangat rentan menyerang udang windu Penaeus monodon dan udang vaname Penaeus vannamei dengan mortalitas mencapai persen pada stadia postlarvae PL umur hari dan udang usia lebih dari 40 hari setelah tebar di tambak. Menurut Slamet, sesuai 12 poin kesepakatan, sosialisasi dilakukan kepada seluruh pembudi daya dan stakeholder pada lingkup industri perikanan budi daya, terutama budi daya udang.
Dari situ, diharapkan hasilnya bisa diterapkan pada seluruh tambak atau hatchery yang ada di seluruh Indonesia. Untuk bisa melaksanakan itu dan mencegah penyakit masuk, perlu komitmen bersama dari semua elemen. Slamet menyebutkan, agar sosialisasi bisa memberikan dampak yang positif, pihaknya terus melakukan surveilan atau pengawasan terhadap cara budi daya ikan yang baik, penggunaan induk, dan melaksanakan monitor residu.
Oleh itu, Pemerintah akan menerjunkan pengawas pembudi daya ikan untuk memonitor kegiatan budi daya di masyarakat. Indonesia sendiri, menurut Slamet, berkepentingan untuk mencegah penyakit EMS dan AHPND masuk ke dalam negeri, karena di akhir an sudah merasakan dampak buruk dari penyakit ikan.
Saat itu, budi daya udang windu mengalami keterpurukan setelah tambak-tambak diserang penyakit ikan yang membuat produksi menurun secara drastis dengan kualitas yang sangat rendah. Untuk mencegah berulangnya kejadian serupa, Pemerintah berjanji akan menjaga udang, terutama vaname untuk selalu terbebas dari berbagai ancaman penyakit ikan. Salah satu upaya yang dilakukan, adalah dengan menjaga seluruh usaha dari hulu ke hilir yang terhubung dengan komoditas udang. Tanpa upaya preventif seperti, ancaman pelaku usaha mengalami gulung tikar, akan kembali terjadi.
Slamet mengungkapkan, pentingnya melakukan upaya pencegahan untuk menghadapi ancaman penyakit EMS dan AHPND, tidak lain karena udang adalah primadona komoditas ekspor dari Indonesia.
Dengan demikian, walaupun volumenya lebih kecil dibandingkan tuna, namun nilai ekspor udang jauh lebih besar dari tuna.
0コメント